Manajemen Plankton Sebagai Pengendalian Penyakit Pada Budidaya Udang
Manajemen plankton menjadi suatu kebutuhan dalam budidaya dikarenakan plankton tidak dapat lepas dari kolam budidaya dan akan selalu ada, yang membedakan adalah jumlahnya diperairan. Plankton dapat tumbuh subur di perairan terutama dikolam budidaya udang yang kaya akan bahan organik hasil akumulasi dari sisa pakan feses udang, dan jasad plankton mati. Selain menyerap bahan organik, plankton memiliki manfaat positif lain yaitu sebagai pakan alami bagi udang dan sebagai penyedia oksigen dikolam. Namun perlu disadari bahwa plankton dapat membawa sumber penyakit pada udang kita sendiri secara langsung ataupun tidak langsung.
Plankton drop
Plankton drop adalah kondisi Ketika terjadi penurunan jumlah plankton di dalam air kolam budidaya. Umumnya plankton drop sering terjadi pada saat musim hujan, hal ini dikarenakan adanya perubahan pH air, berkurangnya konsentrasi mineral serta unsur hara mikro dan rendahnya intensitas sinar matahari yang masuk. Terjadinya plankton drop ini akan menyebabkan penumpukkan bahan organik yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan bakteri pathogen pembawa penyakit dikolam budidaya salah satunya adalah bakteri Vibrio sp.
Blooming plankton
Blooming plankton adalah kondisi ketika plankton melimpah dikolam budidaya dikarenakan melimpahnya unsur hara terutama Nitrogen dan Fosfor. Blooming algae perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan rendahnya transparansi air sehingga kecerahan air menurun. Air akan berwarna hijau pekat. Pada malam hari DO tidak dapat tersedia di dasar kolam dan menyebabkan akumulasi senyawa beracun seperti amonia, nitrit, dan hidrogen sulfida. Jika DO terlalu rendah atau di bawah 4 ppm, udang naik ke permukaan, pertumbuhan udang lambat dan adanya risiko kematian yang tinggi.
Bloomingnya fitoplankton ternyata memiliki korelasi dengan meningkatnya bakteri pathogen Vibrio spp. di kolam budidaya. Rehnstam-Holm et al (2010) menyatakan meningkatnya konsentrasi plankton dari jenis diatom ternyata sejalan dengan meningkatnya konsentrasi bakteri Vibrio spp. Fu et al (2023) menspesifikkan dalam penelitiannya bahwa diatom yang memiliki chitin mengandung sebagian besar Vibrio yang mana Vibrio parahaemolyticus adalah konsentrasi terbesar. Sebaliknya Vibrio tidak ditemukan pada fitoplankton dari jenis chlorella.
Manajemen Plankton
Kelimpahan dan diversitas plankton menjadi suatu parameter untuk dikontrol, apabila berlebihan berbahaya bagi udang, namun jika kurang juga akan mempengaruhi kualitas air budidaya. Pada kolam budidaya, Vibrio parahaemolyticus menempel pada plankton untuk bertahan dari perubahan lingkungan dan predator seperti protozoa (Martinez-Urtaza et al., 2012). Survei lain mengenai Vibrio sp. Juga dilakukan oleh Jesser & Noble(2018) menunjukkan bahwa ada korelasi antara spesies Vibrio dengan alga yang melakukan photopigment :
Kontrol kelimpahan dan diversitas plankton akan lebih mudah apabila terdapat lab disetiap tambak untuk mengetahui kelimpahan dan jenis plankton. Namun tidak semua petambak memiliki laboratorium untuk melakukan pengecekan. Salah satu cara termudah bagi petambak untuk melakukan pengontrolan plankton yaitu melalui kecerahan air. Menurut Romadhona et al. (2016) nilai kecerahan yang disarankan untuk budidaya udang vaname di tambak adalah 30 – 40 cm. Jika kecerahan dibawah 30 cm, maka disarankan melakukan pergantian atau menggunakan perlakuan pemberian probiotik, khususnya yang mampu mengurangi kelimpahan plankton.
Penulis: Jery Prastiyo