Evaluasi penyakit udang di tahun 2019 yaitu Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease AHPND/Vibriosis, Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), white feces diseases (WFD), dan Enterocytozoon Hepatopenaei (EHP). Secara nasional infeksi WSSV di seluruh wilayah mengalami penurunan pada tahun 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Penerapan untuk menghindari potensi carrier, plankton stabil, bahan organik terkontrol, jumlah vibrio terkendali, dan peningkatan sistem imun.
Kasus IMNV tahun 2019 di Lampung dapat ditekan dengan penerapan padat tebar lebih rendah (100-150 ekor/m2) dan penggantian air lebih banyak (flow water system). Sedangkan kasus di Jawa Timur, IMNV banyak disebabkan dari permasalahan ketidakstabilan plankton dan kualitas air.
Kasus EHP positif pada tahun 2019 yang menyerang udang dengan kondisi sebagian besar menunjukkan nilai pertumbuhan (Average Daily Gain) tetap normal. Peningkatan kasus terjadi di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.
Infeksi WFD di seluruh wilayah mengalami penurunan pada tahun 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor yang dapat menekan kasus ini yaitu dengan penerapan pembersihan tambak dari lumpur dan carrier yang terinfeksi. (Utari 2020)
Manajemen Kesehatan Udang dalam menghadapi tantangan penyakit yaitu:
1. Bio-security
Kumpulan praktik yang akan mengurangi kemungkinan introduksi patogen dan penyebaran selanjutnya dari satu tempat ke tempat lain. Mencakup elemen dasar (fisika, kimia, dan biologi) untuk melindungi fasilitas/biota budidaya dari infeksi penyakit tertentu.
Beberapa parameter Bio-security yaitu:
Manfaat penerapan Bio-security yaitu:
Secara umum penerapan biosecurity melalui fasilitas indukan dan pembenihan, hatcheri, dan penerapan fasilitas budidaya dengan Closed-culture system.
2. Memperbaiki kondisi lingkungan.
Faktor utama berasal dari masukan unsur N dan P di perairan hasil dari pengkayaan bahan organik. Kebutuhan untuk membuang tumpukan limbah selama proses budidaya berlangsung yang terdapat di dasar tambak secara berkala dan efektif.
Secara umum teknologi yang dipadukan dalam pengendalian lingkungan sudah banyak diterapkan dalam Closed dan Semi-Closed systems, Lined ponds, serta Recirculation and intergations Aquaculture System (RAS).
3. Meningkatkan kondisi inang melalui nutrisi yang baik dan immunostimulasi.
Melakukan pencegahan dengan penerapan vaksinasi ikan, penggunaan probiotik, prebiotic, dan sinbiotik, menggunakan fitofarmaka, dan immunostimulan.
4. Menghindari paparan patogen.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari terpapar agen peniyakit yaitu:
Dalam prosesnya, sumber induk secara sengaja terpapar ke dunia luar dan semua penyakit yang menonjol (WSSV, EHP, EMS, IMNV, dan lainnya). Semua yang menunjukkan kelangsungan hidup tertinggi disimpan dan dibiakkan dan prosesnya diulang.
Dalam fasilitas seperti itu, bio-keamanan bukanlah masalah utama karena hewan-hewan tersebut telah terpapar. Keuntungan utama udang APE adalah bahwa mereka dibiakkan untuk menjadi tangguh di dunia luar dan dalam kondisi yang umum di tambak udang.
Penyakit selalu menjadi tantangan dan dengan setiap tantangan baru harus diikuti dengan perubahan positif untuk budidaya udang yang berkelanjutan. (Sukenda 2020)
Sumber:
Utari, Heni Budi. 2020. Seminar Outlook Penyakit Ikan & Udang di Indonesia – Tantangan Penyakit Baru pada Budidaya Udang di Indonesia. Animal Health Service – Technical research and Development Division- PT. Central Proteina Prima.
Sukenda. 2020. Seminar Outlook Penyakit Ikan & Udang di Indonesia – Manajemen Kesehatan Ikan. Institut Pertanian Bogor.
Click one of our contacts below to chat on WhatsApp