Penggunaan protein tinggi dapat menimbulkan efek berupa:
Kualitas pakan ditentukan dari parameter berikut yaitu energi yang dihasilkan, kecernaan protein, asam lemak, asam amino, vitamin, mineral, dan bahan tambahan.
Parameter tersebut akan mempengaruhi performa pakan terhadap budidaya udang:
Kualitas pakan tidak berarti yang memiliki protein tinggi, hal ini tergantung dari protein pakan, bahan organik, serta sistem autotroph dan heterotroph di tambak.
Fakta dari pakan yang dimakan oleh udang yaitu 20-40% diserap tubuh, 10-20% dibuang melalui feces, dan 40-60% digunakan untuk metabolisme seperti ekskresi, molting, dan pemeliharaan tubuh.
Protein yang tertera di label pakan udang merupakan protein kasar. Nilai protein tersebut bukanlah nilai tetap dari protein yang dapat dimanfaatkan oleh udang. Protein yang dapat dimanfaatkan tergantung pada kecernaan, keseimbangan, dan metabolisme. Protein digunakan udang untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan, energy untuk bergerak dan beradaptasi, serta reproduksi. Kualitas air yang baik akan meningkatkan efisiensi penyerapan protein. Oleh sebab itu, protein yang dipertahankan dan dikonversi menjadi bobot tubuh udang rendah dan tidak tetap.
Selain itu, tingkat optimum penyerapan protein dari pakan sangat tergantung dengan banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi yaitu komposisi pakan, kualitas dan jenis protein pakan, tingkat kecernaan enegri, kualitas air, padat tebar, frekuensi pemberian pakan dan ukuran, jenis dan biomasa mikroorganisme alami di tambak, tingkatan pertumbuhan, dan lainnya. Untuk meningkatkan penyerapan / daya cerna nutrisi oleh tubuh udang vannamei, dapat dilakukan penambahan feed additive seperti PowerLac dan vitamin-mineral dengan dosis sesuai anjuran. Pemberian feed additive dilakukan setiap hari bersama pemberian pakan, sebaiknya pemberian dilakukan pada siang hari (nafsu makan paling tinggi).
Kebiasaan udang ditambak sebagai hewan yang aktif makan. Udang selalu aktif makan substrat di dasar dan kolom perairan tambak. Lingkungan yang sesuai akan mempertahankan kebiasaan makan dan pertumbuhannya. Kualitas air dipengaruhi oleh mikroorganisme tambak atau probiotik. Hal ini yang menyebabkan petambak perlu menambahkan probiotik secara teratur ke dalam pakan atau perairan tambak. Probiotik membantu dalam proses mineralisasi, nitrifikasi, menguraikan bahan toksis (amoniak dan nitrit), dan pencegahan terhadap infeksi penyakit sehingga kualitas air tetap baik. Nilai protein pada pakan juga menentukan nilai C:N rasio diperairan. Optimalnya C;N rasio tambak adalah 15 sehingga proses bakteri heterotroph menguntungkan dapat berjalan dengan baik di tambak.
Jadi, kualitas pakan setara dengan kualitas benih dan kualitas air dalam menentukan kesuksesan budidaya udang. Prospek budidaya udang yang efisien dan ekonomis akan berkembang seiring dengan tuntutan produksi yang semakin besar dan mahalnya bahan baku pakan. Oleh sebab itu, industri harus menemukan solusi dalam penggunaan bahan baku alternative untuk dapat menggantikan peran bahan baku impor (seperti tepung ikan).
Sumber:
Kim Jeong-Dae. 2019. Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp Farming. Simposium Nasional Budidaya Udang Vannamei 29-31 Januari 2019 Banyuwangi.
Click one of our contacts below to chat on WhatsApp